Ketulusan Hati
8:00 AM | Author: Arifs

Kurasakan atmosfir keberhasilan sebuah cinta yang membentuk sikap kedermawanan dari sebuah ketulusan. Walau terbentur keadaan, tak enggan memberi. Itulah hasil dari ketulusan yang dibangun berdasar cinta suci yang tak terkontaminasi dengan “keinginan” yang menipu.

Terlepas dengan semua lelah yang pernah dirasakan dan perubahan keadaan yang akan selalu berubah kapanpun itu terjadi. Tak peduli esok kan jadinya bagaimana. Harap itu akan terus berhembus. Seberhembus angin yang berhembus di kesejukan fajar. Membersihkan udara dari segala polusi yang menyelisihi purity.

Kalian katakan apa yang ingin kalian katakan. Yaa, kalian pantas saja mengatakan hal demikian. Toh, memang pada nyatanya kalian berhasil menghasilkan fatamorgana baru dalam kehidupan ini. Kehidupan kalian. Bukan kehidupan kami.

Kalian dapat berkata demikian, karena kalian telah melewati jarak sedemikian yang tidak kami jangkau. Itu sah saja. Ketika goal itu telah berada di genggaman kalian, kalian bernyanyi, bertepuk, tertawa, terharu. Menyampaikan prakata yang tak termakan acuhan. Acuhan telinga yang terkadang lelah dengan penyampaian membosankan tak memberi pangan. Cukup, itulah sebuah proses kehidupan panjang seorang anak manusia mengarungi kenyataan yang harus dihadapi. Tidak bisa hanya sekedar keinginan. Tidak hanya cukup dengan sekedar cita. Tak hanya cukup dengan hanya sekedar bualan kemendidihan air panas yang seakan ingin meletus dari corong pemanas. Corong yang kapanpun terisi sesuatu, akan seperti itulah ia akan menjadi.

Wahai yang terjerumus dalam kesalahan pendekatan. Bukan itu yang kami inginkan. Boleh saja kalian katakan kami begini, namun yang nampak tidak seperti apa yang terkandung dalam isi. ombak itu telah membawa jauh pergi kita kedalam kedalaman lautan yang tak terjamah mentari. Begitu jauh tak terlihat, tak teranalisa.

Aku harap sinar itu akan segera tiba. Maka kita akan segera menyambut mesra kedatangan mereka dengan penerimaan yang penuh haru. Ketika saat ini hiruk pikuk membasahi diri kita dengan cairan tubuh yang kita rasakan sendiri, maka keharuman hening akan membasahi kita dalam suasana sejuk laksana biasan terjun telaga.

Menggapai impian tak semudah menggapai pangkal atas daun pintu yang ada di rumah. Terima kasih ini aku sampaikan kepada mereka yang secara sadar telah memberi sejumlah masukan kronos perjalanan menuju sebuah perubahan pencerahan yang selama ini terungkap. Memang, ini terlalu prematur, namun syukur itu mesti terungkap secara spontan. Dengan itu anugerah baru akan mendatangi kita berangsur-angsur.


This entry was posted on 8:00 AM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: